Wednesday, May 28, 2014

Kantuk Picu Perilaku Tidak Etis di Tempat Kerja



Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Journal of Applied Psychology menemukan bahwa memberikan dua cangkir kopi pada karyawan yang kekurangan tidur akan membantu mereka menolak tindakan-tindakan yang tidak etis.

Saat mengantuk dan kurang tidur, kita jadi sulit menolak ajakan untuk berbuat curang. Alasannya sederhana saja, kita terlalu lelah dan mengantuk untuk menganalisa dan mencari alasan untuk berkata tidak.


Penelitian


Para ahli mengatur agar para relawan untuk tidak tidur semalaman, lalu dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama di pagi hari diberi permen karet tanpa kafein, sementara kelompok lainnya diberi permen karet dengan kadar kafein 200 mg, setara dengan dua cangkir kopi.

Para peserta lalu ditempatkan pada sebuah situasi dimana mereka didorong untuk berbohong agar mendapat uang ekstra. Mereka yang mengunyah permen karet berkafein lebih cenderung menolak berbuat curang, sementara kelompok yang tidak mendapatkan kafein rata-rata menurut saja ketika diajak berbohong.


Temuan Terdahulu


Penelitian ini sebenarnya didasari oleh temuan terdahulu dimana para karyawan yang kekurangan tidur cenderung berbuat curang dan tidak etis dibanding mereka yang cukup tidur. Penelitian yang diterbitkan oleh Organizational Behavior and Human Decission Process di tahun 2011 mencatat perbedaan perilaku yang dipicu oleh kekurangan tidur. Bahkan, para peneliti mencatat perbedaan durasi tidur 22 menit saja sudah merubah perilaku etis seseorang.

Kelompok peneliti lain juga pernah menyatakan bahwa kondisi kurang tidur akan mendorong perilaku yang menyimpang di tempat kerja. Mereka juga menemukan fakta bahwa kurang tidur sedikit saja sudah membuat orang mudah berperilaku tidak semestinya saat bekerja. Karyawan yang tidur kurang dari enam jam seharinya lebih mudah berbuat curang dibanding yang tidur lebih dari enam jam. Kecurangan bukan tentang mencuri, tetapi pada pemalsuan dokumen, mengakui hasil kerja orang lain dan secara sengaja melaporkan data yang salah.


Tidur dan Pengendalian Diri


Pekerja yang baik, salah satu syaratnya tentu berperilaku etis dan jujur. Perilaku karyawan yang baik juga mencerminkan organisasi yang baik. Tentu semua perusahaan menginginkan para pekerjanya merupakan orang-orang ulet, pekerja keras serta berperilaku baik.

Tetapi, seringkali kita juga melihat bagaimana para pemimpin perusahaan terus mendorong para pekerjanya untuk bekerja giat tanpa memperhatikan kebutuhan istirahat. Padahal dari data-data ilmiah, kita sadari bagaimana kesehatan tidur justru mendorong performa dan produktivitas seseorang. Kini, ada satu alasan lagi agar perusahaan mau memperhatikan waktu istirahat karyawannya.



Tidur ternyata berkaitan erat dengan pengendalian diri seseorang. Pengendalian diri berpusat pada korteks pre-frontal otak manusia. Saat kurang tidur, seolah otak terkuras tenaganya. Saat kekurangan tenaga inilah kemampuan pengendalian diri seseorang menurun. Ia pun jadi lebih mudah tergoda untuk berbuat curang.

Walau dikatakan kafein membantu perilaku etis seseorang, kita harus lebih jeli melihat permasalahannya. Asal muasal kebutuhan akan kafein adalah kantuk yang disebabkan oleh kurang tidur. Untuk itu, jauh lebih penting mencegah kantuk dari pada asal mengatasinya dengan konsumsi kafein sembarangan. Ingat, banyak penelitian juga membuktikan bagaimana kafein menunda kantuk tapi tidak dapat meningkatkan performa seseorang.



Jadi, bagaimana caranya menjaga perusahaan agar produktif dan berperilaku etis? Perhatikan juga hal-hal berikut:

1. Sediakan kopi, dan sertai dengan informasi cara konsumsi yang tepat.
2. Batasi waktu lembur yang tidak produktif
3. Sediakan tempat dan waktu untuk power nap.

4. Berikan pelatihan dan pengetahuan kesehatan tidur.

Bercermin pada hasil-hasil temuan ini, sebaiknya kita juga mulai memperhatikan kesehatan tidur dalam konteks pemberantasan korupsi di Indonesia. Mungkin terdengar berlebihan atau mengada-ada, tetapi data ilmiah menunjukkan hasil yang positif. Jika baik, kenapa tidak kita coba.

No comments:

Post a Comment