Sunday, April 20, 2014

Narkolepsi


Jika sekali waktu Anda mengalami insomnia lalu keesokan harinya merasa sangat lemah dan mengantuk, tentu ini sangat wajar. Setelah kekurangan tidur, tentu saja kita mengantuk di esok harinya. Tetapi, bagaimana jika ada orang yang sudah tidur cukup, bahkan lebih, tetapi sepanjang hari masih saja mudah mengantuk? Kondisi kantuk berlebihan walau sudah tidur cukup ini bernama hipersomnia. Sebuah gejala penyakit tidur seperti insomnia. Hanya saja jika insomnia sulit tidur, hipersomnia mengantuk terus.

Narkolepsi
Kantuk yang berlebihan banyak dialami orang Indonesia dengan derajat yang bervariasi. Dari yang hanya menguap, kekurangan konsentrasi, hingga yang tidak kuat menahan kantuknya lagi.
Tetapi hipersomnia barulah gejala, ada beberapa penyakit tidur dengan gejala kantuk berlebihan ini. Yang paling umum adalah sleep apnea dengan gejala mendengkur, sementara lainnya adalah periodic limb movements in sleep dengan gejala kaki yang bergerak periodik dalam tidur.
Dulu, semua orang dengan hipersomnia disebut narkolepsi. Ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan tentang penyakit tidur. Narkolepsi adalah penyakit tidur ‘ngantukan’ yang pertama ditemukan. Sebelumnya, dunia medis sama sekali tak mengenal kantuk berlebihan. Baru belakangan, ditemukan penyakit-penyakit tidur lain yang ternyata berbeda dengan narkolepsi. Akhirnya, muncullah istilah hipersomnia untuk membedakan narkolepsi dengan penyakit tidur lainnya.
Narkolepsi adalah penyakit tidur yang menyerang sistem pengaturan tidur R. Tidur R adalah tahapan tidur dimana kita terlalu banyak bermimpi. Akibat gangguan ini, terjadi kekacauan antara kondisi terjaga dan mimpi. Bisa dikatakan, seorang penderita narkolepsi tidak benar-benar lelap saat tidur dan tidak benar-benar terjaga saat bangun.
Narkolepsi termasuk penyakit tidur yang jarang ditemukan. Hal ini diperburuk dengan tenaga medis yang tidak terbiasa dengan penyakit-penyakit tidur. Bahkan Amerika dengan jumlah penderita narkolepsi satu dari 3.000 penduduk, hanya sekitar 25 persen penderita yang terdiagnosis. Itu pun butuh rentang waktu 3 hingga 15 tahun dari pertama kali gejala muncul hingga terdiagnosis.
Gejala khas narkolepsi ada empat, yaitu hipersomnia, lumpuh tidur, halusinasi hipnagogic dan katapleksi. Hipersomnia adalah kantuk yang berlebihan. Berbeda dengan hipersomnia penyakit tidur lain, hipersomnia pada narkolepsi adalah yang paling berat.
Lumpuh tidur dan halusinasi hipnagogic dikenal dengan sebutan ketindihan atau ereup-ereup. Ini terjadi karena menjelang bangun atau saat akan tidur, gelombang otak mimpi bercampur dengan kondisi terjaga. Bisa dikatakan, berada setengah sadar dan setengah mimpi. Akibatnya, muncul halusinasi hadirnya sosok lain di sekitar. Bisa berupa hantu, arwah, bayangan atau bahkan alien, tergantung latar belakang kebudayaan seseorang. Kelumpuhan tidur adalah ciri khas dari tidur R dimana sebagai pengaman agar badan tidak bergerak-gerak mengikuti isi mimpi, otot-otot dilumpuhkan. Jika Anda mengalami ini, bukan berarti menderita narkolepsi. Bercampurnya gelombang otak terjaga dan R bisa terjadi juga saat kita kelelahan akibat kurang tidur yang ekstrim.
Katapleksi adalah kelumpuhan yang dipicu oleh emosi yang kuat, bisa emosi sedih, marah atau gembira. Kelumpuhan ini bersifat sementara, tapi sangat mengganggu bahkan membahayakan. Bayangkan, jika terjadi saat memasak atau berkendara. Serangan katapleksi berlangsung beberapa menit saja. Walau tampak seolah pingsan, penderita masih sadar dengan sekitarnya.
Apa yang Salah?
Penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin yang rendah. Hipokretin itu neurotransmitter yang mendorong agar kita tetap terjaga. Narkolepsi belum tentu menurun, walau kadang dapat ditemukan juga adanya keluarga yang memiliki gejala yang mirip. Ia bisa menyerang siapa saja.
Jika terdapat katapleksi, kemungkinan besar sel-sel yang bertugas menghasilkan hipokretin jumlahnya sangat kurang. Sampai saat ini, para ahli masih meneliti penyebab berkurangnya sel-sel ini. Sementara, diduga penyakit ini bersifat autoimun. Artinya sistem daya tahan tubuh salah mengenali sel-sel ini sebagai sel asing yang harus dihancurkan.
Mekanisme hipersomnia sangat berbeda dengan yang terjadi pada penderita sleep apnea atau periodic limb movements in sleep (PLMS). Pada narkolepsi, yang terserang adalah sistem pengaturan tidur R. Sedangkan pada sleep apnea dan PLMS, proses tidur normal terpotong-potong hingga tanpa sadar kualitas tidur jadi buruk.
Pemeriksaan dan Perawatan
Untuk diagnosis narkolepsi, diperlukan pemeriksaan tidur khusus. Umumnya pemeriksaan tidur dilakukan malam hari saja, tetapi umtuk narkolepsi diperlukan tambahan pemeriksaan multiple sleep latency test (MSLT) yang dilakukan pagi hingga sore setelah pemeriksaan tidur satu malam.
Pemeriksaan tidur dilakukan di laboratorium tidur dengan menggunakan alat berupa polisomnografi (PSG). Polisomnografi sendiri sebenarnya merupakan pemeriksaan EEG (gelombang otak), nafas, oksigen dan jantung (EKG) yang dijadikan satu. Jadi, pasien akan diminta untuk menginap dengan dilekatkan pada sensor-sensor.
Pemeriksaan tidur malam, diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit-penyakit tidur lain. Paginya, dilanjutkan dengan pemeriksaan MSLT dimana pasien diminta kembali tidur berulang kali. Seluruhnya ada 5 tidur siang yang berjarak satu setengah sampai dua jam.
MSLT bertujuan untuk melihat seberapa mengantuknya seseorang dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk tidur atau biasa disebut sleep onset. Misalkan, ia diminta tidur jam 9:00 pagi, lalu tertidur jam 9:15 berarti sleep onset nya adalah 15 menit. Selain itu, dilihat juga begitu tertidur masuk dalam tahap tidur apa. Dikatakan positif menderita narkolepsi bila seseorang rata-rata jatuh tidur lebih cepat dari 5 menit atau terdapat dua tidur siang dimana begitu tertidur langsung masuk tahap tidur R.
Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Yang ada adalah obat-obatan untuk meredakan gejala. Seperti, obat untuk cegah katapleksi dan halusinasi hipnagogik serta obat untuk atasi kantuk. Tetapi, penekanan perawatan narkolepsi adalah bagaimana caranya agar penderita hidup normal dengan pengobatan minimal.
Narkolepsi diderita oleh jutaan orang di dunia. Apakah Anda penderita narkolepsi? Jangan takut, Anda tidak sendirian. Penderita narkolepsi tidak ada bedanya dengan orang biasa, bisa gagal, bisa patah semangat, namun bisa juga berprestasi.


No comments:

Post a Comment